Trust & Reward System: Diskusi KM PDII-ITB Mei 2010
Untuk sekian kalinya, pengelolaan KM di institusi mengambil kesimpulan bahwa faktor SDM dan hubungan personal di dalamnya mengambil peran penting. Bagaimana pun canggihnya sistem informasi pengelolaan KM, dimana komunitas "dipaksa" atau "terpaksa" mengupload knowledge-nya ke sistem, tetapi faktor terpenting keberhasilannya terletak kepada "trust".
Waktu & Tempat: 20 Mei 2010, ruang rapat lt 6. PDII-LIPI
Peserta diskusi: Tim peneliti KM dari ITB yang dikomandani Prof. Dr. Jann, sedangkan dari PDII dihadiri oleh Kepala Pusat Putut Irwan P, bidang Pengembangan PDII, serta tim pengembangan ISJD.
Khasanah ilmu pengetahuan Islam di jaman keemasannya, juga berkembang berdasarkan "trust" ini. Dalam konsep Islam, ukhuwwah adalah wajib, oleh karena itu sharing pengetahuan berjalan begitu mulus, karena masing-masing ilmuwan tidak merasa akan dirugikan oleh partnernya. Setiap kutipan perkataan atau tulisan, ditulis secara ketat. Hal ini diambil dari ilmu hadist, yang kemudian digunakan juga untuk periwayatan perkataan ulama. Sehingga setiap perkataan akan dapat diketahui sumbernya. Bahkan dalam ilmu hadist ini ada juga ilmu tentang "rijal", yaitu biografi orang-orang yang meriwayatkan hadist, sehingga akan diketahui mana orang yang jujur, mana yang pelupa dan mana yang sering dusta. Sehingga keotentikan suatu perkataan dapat ditelusuri dikemudian hari. Pada akhirnya, setiap sumbangsih ilmu pengetahuan akan dapat disandarkan kepada pencetus awalnya, dan setiap orang menghormati hal itu. Bahkan dengan sikap tawadhu/rendah hati para ilmuwan/ulama, maka para ilmuwan tersebut seringkali menggunakan nama samaran. Tidak ada paten, tidak ada hak cipta. Semua ilmu berasal dari Allah SWT, sehingga tugas manusian hanya mengungkap ilmu Allah SWT tersebut, maka tidak ada "klaim" ilmu.
Bagaimana dengan kehidupan keilmuan kita sekarang? Karena kita hidup di dunia materalistis, sehingga apapun diukur dari "harga", maka keilmuan juga memiliki harga. Sehingga terjadilah "penghargaan" berbasis duit. Akhirnya hilanglah tawadhu, bahkan kalau bisa meng-klaim ide orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
Waktu & Tempat: 20 Mei 2010, ruang rapat lt 6. PDII-LIPI
Peserta diskusi: Tim peneliti KM dari ITB yang dikomandani Prof. Dr. Jann, sedangkan dari PDII dihadiri oleh Kepala Pusat Putut Irwan P, bidang Pengembangan PDII, serta tim pengembangan ISJD.
Khasanah ilmu pengetahuan Islam di jaman keemasannya, juga berkembang berdasarkan "trust" ini. Dalam konsep Islam, ukhuwwah adalah wajib, oleh karena itu sharing pengetahuan berjalan begitu mulus, karena masing-masing ilmuwan tidak merasa akan dirugikan oleh partnernya. Setiap kutipan perkataan atau tulisan, ditulis secara ketat. Hal ini diambil dari ilmu hadist, yang kemudian digunakan juga untuk periwayatan perkataan ulama. Sehingga setiap perkataan akan dapat diketahui sumbernya. Bahkan dalam ilmu hadist ini ada juga ilmu tentang "rijal", yaitu biografi orang-orang yang meriwayatkan hadist, sehingga akan diketahui mana orang yang jujur, mana yang pelupa dan mana yang sering dusta. Sehingga keotentikan suatu perkataan dapat ditelusuri dikemudian hari. Pada akhirnya, setiap sumbangsih ilmu pengetahuan akan dapat disandarkan kepada pencetus awalnya, dan setiap orang menghormati hal itu. Bahkan dengan sikap tawadhu/rendah hati para ilmuwan/ulama, maka para ilmuwan tersebut seringkali menggunakan nama samaran. Tidak ada paten, tidak ada hak cipta. Semua ilmu berasal dari Allah SWT, sehingga tugas manusian hanya mengungkap ilmu Allah SWT tersebut, maka tidak ada "klaim" ilmu.
Bagaimana dengan kehidupan keilmuan kita sekarang? Karena kita hidup di dunia materalistis, sehingga apapun diukur dari "harga", maka keilmuan juga memiliki harga. Sehingga terjadilah "penghargaan" berbasis duit. Akhirnya hilanglah tawadhu, bahkan kalau bisa meng-klaim ide orang lain untuk kepentingan diri sendiri.