Monday, November 27, 2006

Kerangka Riset Desain DKP

1. TUJUAN PENELITIAN

2. SASARAN PENELITIAN

3. PERUMUSAN MASALAH

4. METODOLOGI/METODE

5. KERANGKA TEORI

6. TAHAPAN WAKTU

7. PENDANAAN

8.JADWAL KEGIATAN

9.PERSONIL YANG TERLIBAT

10.HASIL YANG DIHARAPKAN

11.PENUTUP

11 Comments:

Anonymous Anonymous said...

BUDIDAYA IKAN HIAS LAUT : CLOWN FISH (IKAN BADUT)

I. TUJUAN
1. Domestifikasi clown fish
2. Membudidayakan clown fish
3. Pelestarian clown fish

II. SASARAN
Clown fish hasil budidaya dapat dimanfaatkan oleh para stake holder.

III. PERUMUSAN MASALAH
1. Clown fish sudah mulai langka dialam
2. Clown fish belum bisa dibudidayakan

IV. METODE PENELITIAN
1. Domestikasi (pemeliharaan ikan diluar habitat aslinya)
Perlakuan :
a. Perbedaan wadah budidaya (warna, substrat, shelter)
b. Pakan (alami dan butan)
c. Lingkungan (arus dan ketinggian air)
d. Identifikasi penyakit
e. Genetic
2. Reproduksi
a. pengelolaan induk (massal dan berpasangan)
b. Pematangan gonad (hormonal)
3. Pembenihan
a. inkubasi telur (temperature, salinitas)
b. larvae rearing (tempertur, arus, lingkungan, pakan, penyakit)
4. Pembesaran
a. pakan (alami dan buatan)
b. lingkungan
c. penyakit


V. KERANGKA TEORI

Clown fish merupakan salah satu ikan hias laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak terdapat di perairan Indonesia. Habitat clown fish di perairan terumbu karang jenis Anemon.

VI. TAHAPAN WAKTU
1. Persiapan
a. Studi literatur : Jan - Feb.
b. Persiapan wadah : Jan - Feb.
c. Pengumpulah hewan uji : Feb. - Mar.
2. Pelaksanaan
a. Domestikasi : Mar. - Jun.
b. Reproduksi : Jul. - Sept.
c. Pembenihan : Agust. - Okt.
d. Pembesaran : Sept. - Nov.
3 Laporan
a. Bulanan : Jan. - Des.
b. Triwulan : Mar, Jun, Sept, Des.
4. Deseminasi : Des.
VII. ANGGARAN
Belanja Bahan : Rp. 90.000.000,-
Belanja Barang : Rp. 45.000.000,-
Dokumentasi dan Publikasi : Rp. 45.000.000,-
Perjalanan Dinas : Rp. 120.000.000,-
Jumlah : Rp. 300.000.000,-

VIII. JADWAL KEGIATAN
Penelitian dilakukan dari bulan januari 2007 sampai desember 2007

IX. PERSONIL YANG TERLIBAT

1. Ahmad Muzaki
2. Joko Prihantono
3. Melta Rini
4. Risna Yusuf
5. Diah Lestari
6. Achmad Zamroni

X. HASIL YANG DIHARAPKAN
Clown fish berhasil dibudidayakan

XI. PENUTUP
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS RUMPUT LAUT DI INDONESIA

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi potensi wilayah (spesifik) untuk pengembangan budidaya rumput laut
2. Mengaplikasikan teknologi budidaya rumput laut yang tepat sesuai dengan karakteristik wilayah
3. Mengkaji diversifikasi dan keamanan pangan produk rumput laut
4. Mengkaji pasar komoditas dan produk rumput laut di tingkat nasional dan internasional
5. Memformulasi model dan alternative kebijakan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia

Sasaran Penelitian
1. Teridentifkasinya potensi wilayah (data perairan kesuburan, gelombang, arus laut, iklim)
2. Teraplikasikannya teknologi budidaya rumput laut yang tepat sesuai karakteristik wilayah
3. diperoleh produk-produk baru yang memenuhi standar keamanan pangan
4. tersedianya informasi potensi pasar komoditas di tingkat nasional dan internasional
5. tersedianya model dan alternative kebijakan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia

Perumusan masalah
1. Keterbatasan informasi mengenai potensi wilayah
2. Penguasaan teknologi budidaya masih rendah
3. Rendahnya diversifikasi produk rumput laut dan belum terstandarisasi
4. Adanya kendala pemasaran rumput laut di pasar domestic dan internasional
5. Kurang efektifnya kebijakan yang terkait dengan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia


Metodologi/ metode
1. Identifikasi dengan citra satelit melalui pendekatan GIS
2. Uji coba penerapan teknologi budidaya rumput laut spesifik wilayah
3. Uji coba pengembangan dan standarisasi produk rumput laut
4. Survei potensi pasar domestik dan internasional rumput laut
5. Rumusan model kebijakan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia



Kerangka teori
Indonesia memiliki luas laut dan panjang pantai yang tergolong besar bahkan menduduki kedua terbesar di dunia setelah Canada. Luasan wilayah laut dan panjang pantai tersebut merupakan potensi bagi pengembangan budidaya laut. Salah satu jenis komoditas perikanan yang memiliki prospek pasar dan berpotensi bagi peningkatan devisa serta peningkatan penyerapan tenaga kerja adalah pembudidayaan rumput laut. Hingga saat ini informasi mengenai lokasi-lokasi mana di perairan pantai Indonesia yang secara teknis sesuai atau cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut belum tersedia secara memadai. Untuk itu diperlukan kajian untuk mengetahui kesuburan perairan dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap budidaya ini, termasuk identifikasi mengenai teknologi yang memadai, cepat dan mudah. Teknologi untuk identifikasi wilayah laut yang luas dapat dilakukan dengan menggunakan penginderaan jarak jauh dengan pendekatan Geographic Information System (GIS).
Untuk pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia diperlukan dukungan teknologi dan upaya penanganan cemaran di perairan pantai yang akan digunakan yang secara spefisik di masing-masing wilayah atau lokasi tertentu. Penguasaan teknologi budidaya rumput oleh para pembudidaya atau calon pembudidaya hingga saat ini dinilai masih sangat jauh dari diharapkan. Selain itu secara teknis diperlukan pengembangan berbagai teknologi yang terkait termasuk teknologi pembibitan, dan pembesaran yang tepat sesuai jenis ,lokasi dan lingkungan.
Dilihat dari jenis-jenis produk rumput laut yang dihasilkan oleh Indonesia saat ini, ternyata masih jauh dibandingkan beberapa Negara lain di dunia, maupun Asia seperti Thailand dan Vietnam. Dari sebanyak 17 jenis produk rumput laut yang ada, Indonesia baru berhasil membuat sebanyak 4 jenis produk saja. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki potensi bagi pengembangan produk-produk rumput lau ke depan. Melalui penggunaan metoda dan teknik bioteknologi, upaya pengembangan jenis-jenis produk rumput laut akan diperoleh. Di samping itu, karena produk rumput laut merupakan produk perdagangan internasional, maka diperlukan standarisasi yang sesuai dengan tuntutan dunia. Untuk pengembangan produk rumput laut ke depan harus dapat memenuhi standar internasional tersebut.
Pemasaran rumput laut saat ini masih terkendala dengan hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis, sehingga mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk dapat masuk ke dalam pasar rumput laut, terutama di pasar internasional. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan “market accessibility” dan dukungan atau penguatan kelembagaan pasar.




Tahapan waktu

Waktu pelaksanaan dilakukan selama 3 tahun , dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :

Tahun I : Identifikasi Potensi Wilayah
Tahun II. :Aplikasi Teknologi Budidaya, pengkajian diversifikasi produk dan keamanan rumput laut dan pengkajian pasar rumput laut
Tahun III : Model Dan kebijakan Pengembangan Agribisnis Rumput Laut di Indonesia





Pendanaan

Tahun I : Rp. 500.000.000,-
Tahun II : Rp. 650.000.000,-
Tahun III : Rp. 200.000.000,-


Jadwal kegiatan (kegiatan I s/d III)

Tahun I -III

Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
Studi Literatur
Persiapan
Pelaksanaan
Survey
Pengolahan data
Pembuatan laporan



Personal yang terlibat

No Nama Bidang Ilmu Instansi
1 Riza Zulkarnain Teknik kimia PRTK
2 M. Chaidir Undu Lingkungan BRPBAP
3 Arifah Kusmarwati Perikanan BBRPPBKP
4 Yohanna R Widyastuti Budidaya BRPBAT
5 Yayan Hikmayani Sosek BBRSE
6 Tajerin Sosek BBRSE
7 Subchechanis saptanto Matematika BBRSE
8 Tenny Apriliani Sosek BBRSE
9 Siti Subandiyah Budidaya LokarisBihat

Hasil yang diharapkan
Tersedianya model pengembangan agribisnis Rumput Laut di Indonesia

Wassalam

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

STUDI PENGGUNAAN FORMALIN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PADA IKAN KONSUMSI DI WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA

1.Tujuan Penelitian :
a.Mengetahui penggunaan formalin pada produk perikanan bernilai ekonomis tinggi
b.Menyediakan data dan informasi ilmiah berkaitan dengan penggunaan formalin pada produk perikanan bernilai ekonomis tinggi

2.Sasaran Penelitian :
Tersedianya data dan informasi ilmiah berkaitan dengan penggunaan formalin pada produk perikanan bernilai ekonomis tinggi

3.Perumusan Masalah :
Kebijakan pemerintah tentang pelarangan distribusi formalin secara bebas dilatarbelakangi oleh penggunaan formalin secara illegal pada produk pangan, termasuk produk perikanan baik segar dan olahan.
Untuk mengetahui sejauh mana implementasi kebijakan tersebut di tingkat pelaku usaha perikanan, perlu dilakukan monitoring secara berkala mengenai penggunaan formalin sebagai pengawet illegal pada produk perikanan

4.Metodologi
a.Metode pengambilan sample :
•Penentuan lokasi pengambilan sample (berdasarkan database tahun yang lalu, sentra pengolahan ikan, tempat pendaratan ikan, pasar tradisional di wilayah Jakarta dan sekitarnya
•Penentuan metode pengambilan sample (berdasarkan jenis ikan, kapal penangkap, secara acak, dsb.)
b.Metode analisis sample
•Analisis kualitatif (ada tidaknya formalin dalam sample)
•Analisis kuantitatif (metode volumetric)
c.Metode analisis statistik

5.Kerangka Teori
a.Karakteristik Ikan
b.Proses pembusukan secara alami
c.Karakteristik formalin
d.Toksisitas dan bahaya formalin pada manusia
e.Data permintaan ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat Jakarta dan sekitarnya
f.Data distribusi formalin di Indonesia (khususnya Jakarta)

6.Tahapan waktu
Waktu pelaksanaan penelitian selama 1 tahun.


7.Pendanaan
a.Belanja Uang Honor Tidak Tetap Rp. 20.000.000,-
b.Belanja Barang Operasional Lainnya Rp. 7.000.000,-
c.Belanja Bahan Rp. 80.000.000,-
d.Belanja Sewa Rp. 10.000.000,-
e.Belanja Perjalanan Lainnya Rp. 60.000.000,-
Total Rp. 177.000.000,-

8.Jadwal Kegiatan

• Studi Pustaka (Jan – Des)
• Pengambilan Sampel (Peb – Okt)
• Analisis Sampel (Peb – Okt)
• Analisis Data (Peb – Okt)
• Evaluasi (Mar, Jun, Sep, Des)
• Penyusunan Laporan Akhir (Nop – Des)
• Publikasi (Des)

9.Personil yang terlibat

Ridwan Biologi
Nandang Kimia
Dina Kimia
Noval Biologi
Agustin Ilmu Kelautan
Ainun Ilmu Kelautan
Yani Budidaya Perikanan
Yuyun Matematika

10.Hasil yang diharapkan
a.Data/informasi ilmiah penyalahgunaan formalin pada produk perikanan
b.Data/informasi ilmiah wilayah yang produk perikanannya masih belum aman
c.Data/informasi ilmiah status keamanan jenis ikan bernilai komersial tinggi

11.Penutup
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi masyarakat (konsumen dan pelaku usaha perikanan) serta dapat memberi masukan untuk instansi terkait dalam pengambilan kebijakan terkait penggunaan bahan berbahaya pada produk perikanan.
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, diharapkan dapat dilakukan penelitian mengenai toksisitas atau efek negative formalin pada produk perikanan terhadap kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

kelompok 1 penutupnya tolong direvisi lagi, emangnya khotbah:-)

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

Menurut kami (kelompok I) proposal yang disusun oleh kelompok IV kurang mengakomodir kebutuhan yang diinginkan oleh stake holder. Saran kami agar usulan penelitian yang diajukan dapat memasukkan komponen - komponen penelitian yang lebih aplikatif.

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

terimakasih atas saran-sarannya, akan kami tampung

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

Tema penelitian dari Kelompok 2 agaknya sudah out of date, karena sudah sering diangkat. Oleh karena itu tema yang diangkat bisa mengambil isu - isu terkini, misalnya alternatif pengganti formalin yang aman.

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

BEBERAPA INFORMASI TENTANG FORMALIN

**************

Kami Terpaksa Menggunakan Formalin . . .

Oleh Kompas Cyber Media

Tanpa sungkan atau malu-malu, jeriken kecil berisi cairan formalin itu dibawa seorang nelayan ketika hendak melaut. Mesin perahu sudah dihidupkan. Buritan kapal pun sudah mengarah ke tengah laut. Tak berselang lama, perahu nelayan itu pun memecah ombak, menerjang lautan.
Entah mengapa disebut pemutih. Namun, selain lebih tahan lama dan tak mudah busuk, ikan yang disiram formalin juga menjadi kelihatan lebih bersih. Sisik-sisiknya mengilat, sedangkan dagingnya agak kenyal. Mata dan insangnya merah, sementara bau yang ditimbulkan dari formalin menyebabkan lalat pun tak mau hinggap.
Kami terpaksa menggunakan pemutih, ujar seorang nelayan di Kabupaten Lamongan, pantai utara Jawa Timur, perlahan.
Tingginya harga solar dan mahalnya harga es batu untuk mengawetkan ikan sangat memengaruhi biaya operasional nelayan sekali melaut. Bayangkan saja, harga solar naik dua kali lipat dari Rp 2.100 per liter menjadi Rp 4.300 per liter. Begitu juga es balok, harganya naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 7.500 per balok. Padahal, jumlah yang dibutuhkan untuk sekali melaut tidak sedikit.
Untuk sekali melaut selama 14 hari dengan 8-10 awak kapal, misalnya, kalau dulu cuma butuh Rp 9 juta, sekarang perlu Rp 16 juta-Rp 23 juta. Biaya paling besar antara lain untuk pembelian solar.
Setiap hari rata-rata kapal membutuhkan 140 liter solar dengan harga Rp 4.300 per liter. Jadi, untuk 14 hari melaut butuh biaya solar sekitar Rp 9 juta.
Untuk dua pekan itu juga butuh sekitar 700 es balok. Dengan harga es Rp 7.500 per balok, butuh biaya sedikitnya Rp 5,25 juta. Untuk kebutuhan makan dan rokok awak kapal selama dua pekan sedikitnya perlu biaya Rp 2 juta.
Biaya ini tak mungkin dihemat lagi, kecuali mengurangi jumlah es balok, kata Sunarno, seorang nelayan di Lamongan.
Dalam kaitan itulah mengapa beberapa nelayan di pesisir utara Jawa Timur tersebut akhirnya nekat menggunakan formalin. Mereka mengurangi jumlah es balok yang mestinya untuk mengawetkan ikan dengan formalin yang biasanya digunakan untuk mengawetkan jenazah !

Menghemat biaya.

Penggunaan formalin memang mengurangi biaya operasional melaut karena harganya cuma Rp 7.000 per liter. Setelah dicampur air, satu liter formalin cukup untuk mengawetkan 10 ton ikan hasil tangkapan di tengah laut. Padahal, jika menggunakan es balok, butuh sekitar 350 es balok seharga Rp 2,62 juta. Sangat jauh selisih biayanya !
Itulah sebabnya, nelayan lebih suka menggunakan formalin untuk mengawetkan ikan saat berada di tengah laut. Mereka tidak peduli terhadap dampak penggunaan obat berbahaya tersebut pada kesehatan konsumen.
Padahal, jika dikonsumsi manusia, formalin bisa menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mengganggu fungsi hati, ginjal, dan sistem reproduksi, kata Rishadi, Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BB-POM) di Surabaya.
Berdasarkan hasil pemantauan BB-POM di Surabaya, dari 91 contoh pangan olahan yang dijual di pasaran, sebanyak 24 di antaranya positif mengandung formalin. Selain mi basah, makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan segar.
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, untuk mengatasi penggunaan formalin di kalangan nelayan, harga ikan mau tidak mau harus dinaikkan. Sebab, setelah kenaikan harga bahan bakar minyak, biaya operasional melaut naik dua kali lipat, sedangkan harga ikan tidak mengalami kenaikan. Harga cumi-cumi, misalnya, tetap sekitar Rp 22.000 per kg, kerapu Rp 8.500 per kg; sedangkan ikan kuning Rp 7.500 per kg.
Jika harga ikan naik, namun masyarakat diberi pengertian bahwa ikan tersebut bebas formalin, maka masyarakat pasti akan bisa menerimanya, kata Winarno. Mudah-mudahan saja.

Pengguna Formalin Tidak Kena Sanksi

Tidak ada sanksi apa pun yang bisa dijatuhkan pemerintah secara langsung kepada perusahaan yang terbukti menggunakan formalin untuk makanan. Jika suatu jenis makanan diketahui mengandung formalin, maka produsennya lebih dulu diberi peringatan.
Apabila produsen telah diberi peringatan tiga kali namun tidak mengindahkan, barulah kasusnya diproses secara hukum. Hal itu dikatakan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BB-POM) Surabaya Rishadi, Senin (26/12).
Pemantauan terhadap produk makanan mengikutsertakan Departemen Perdagangan serta Departemen Kesehatan. Kami tidak bisa langsung menjatuhkan sanksi, kata Rishadi.
Pihak BP-POM Surabaya telah mengumumkan hasil pengujiannya terhadap 91 contoh pangan olahan, dan 24 di antaranya positif mengandung formalin. Dari 15 contoh mi basah yang diuji, sembilan di antaranya positif mengandung formalin. Makanan lain yang banyak mengandung formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan segar.

Sulit dibuktikan

Salah satu kendala proses hukum produsen pengguna formalin adalah dampaknya yang tidak langsung. Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Kendala lain, katanya, produsen makanan rumah tangga terdaftar dan tidak terdaftar jumlahnya ribuan, sedangkan aparat pengawas jumlahnya terbatas. Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen BBPOM di Surabaya Totok Sudjianto mengatakan, di Jatim terdapat 12.832 perusahaan pangan olahan di 35 kabupaten/kota.
Di Malang, Jatim, dari 10 jenis makanan yang diteliti yakni sari kelapa, saus, snack jagung, sari apel, petis, dan terasi petis positif mengandung formalin. Produsennya sudah diminta tidak melanjutkan usahanya, kata Ketua Bidang Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Mursyidah.
Di Makassar, BB-POM Makassar menyatakan mi basah, bakso, tahu, dan ikan asin dari 117 sampel yang diperiksa, dinyatakan tidak memenuhi syarat karena mengandung boraks dan formalin.

(DOE/NIK/DIA/D02//Runik Sri Astuti)

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS RUMPUT LAUT DI INDONESIA

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi potensi wilayah (spesifik) untuk pengembangan budidaya rumput laut
2. Mengaplikasikan teknologi budidaya rumput laut yang tepat sesuai dengan karakteristik wilayah
3. Mengkaji diversifikasi dan keamanan pangan produk rumput laut
4. Mengkaji pasar komoditas dan produk rumput laut di tingkat nasional dan internasional
5. Memformulasi model dan alternative kebijakan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia

Sasaran Penelitian
1. Teridentifkasinya potensi wilayah (data perairan kesuburan, gelombang, arus laut, iklim)
2. Teraplikasikannya teknologi budidaya rumput laut yang tepat sesuai karakteristik wilayah
3. diperoleh produk-produk baru yang memenuhi standar keamanan pangan
4. tersedianya informasi potensi pasar komoditas di tingkat nasional dan internasional
5. tersedianya model dan alternative kebijakan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia

Perumusan masalah
1. Keterbatasan informasi mengenai potensi wilayah
2. Penguasaan teknologi budidaya masih rendah
3. Rendahnya diversifikasi produk rumput laut dan belum terstandarisasi
4. Adanya kendala pemasaran rumput laut di pasar domestic dan internasional
5. Kurang efektifnya kebijakan yang terkait dengan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia


Metodologi/ metode
1. Identifikasi dengan citra satelit melalui pendekatan GIS
2. Uji coba penerapan teknologi budidaya rumput laut spesifik wilayah
3. Uji coba pengembangan dan standarisasi produk rumput laut
4. Survei potensi pasar domestik dan internasional rumput laut
5. Rumusan model kebijakan pengembangan agribisnis rumput laut di Indonesia



Kerangka teori
Indonesia memiliki luas laut dan panjang pantai yang tergolong besar bahkan menduduki kedua terbesar di dunia setelah Canada. Luasan wilayah laut dan panjang pantai tersebut merupakan potensi bagi pengembangan budidaya laut. Salah satu jenis komoditas perikanan yang memiliki prospek pasar dan berpotensi bagi peningkatan devisa serta peningkatan penyerapan tenaga kerja adalah pembudidayaan rumput laut. Hingga saat ini informasi mengenai lokasi-lokasi mana di perairan pantai Indonesia yang secara teknis sesuai atau cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut belum tersedia secara memadai. Untuk itu diperlukan kajian untuk mengetahui kesuburan perairan dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap budidaya ini, termasuk identifikasi mengenai teknologi yang memadai, cepat dan mudah. Teknologi untuk identifikasi wilayah laut yang luas dapat dilakukan dengan menggunakan penginderaan jarak jauh dengan pendekatan Geographic Information System (GIS).
Untuk pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia diperlukan dukungan teknologi dan upaya penanganan cemaran di perairan pantai yang akan digunakan yang secara spefisik di masing-masing wilayah atau lokasi tertentu. Penguasaan teknologi budidaya rumput oleh para pembudidaya atau calon pembudidaya hingga saat ini dinilai masih sangat jauh dari diharapkan. Selain itu secara teknis diperlukan pengembangan berbagai teknologi yang terkait termasuk teknologi pembibitan, dan pembesaran yang tepat sesuai jenis ,lokasi dan lingkungan.
Dilihat dari jenis-jenis produk rumput laut yang dihasilkan oleh Indonesia saat ini, ternyata masih jauh dibandingkan beberapa Negara lain di dunia, maupun Asia seperti Thailand dan Vietnam. Dari sebanyak 17 jenis produk rumput laut yang ada, Indonesia baru berhasil membuat sebanyak 4 jenis produk saja. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki potensi bagi pengembangan produk-produk rumput lau ke depan. Melalui penggunaan metoda dan teknik bioteknologi, upaya pengembangan jenis-jenis produk rumput laut akan diperoleh. Di samping itu, karena produk rumput laut merupakan produk perdagangan internasional, maka diperlukan standarisasi yang sesuai dengan tuntutan dunia. Untuk pengembangan produk rumput laut ke depan harus dapat memenuhi standar internasional tersebut.
Pemasaran rumput laut saat ini masih terkendala dengan hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis, sehingga mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk dapat masuk ke dalam pasar rumput laut, terutama di pasar internasional. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan “market accessibility” dan dukungan atau penguatan kelembagaan pasar.




Tahapan waktu

Waktu pelaksanaan dilakukan selama 3 tahun , dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :

Tahun I : Identifikasi Potensi Wilayah
Tahun II. :Aplikasi Teknologi Budidaya, pengkajian diversifikasi produk dan keamanan rumput laut dan pengkajian pasar rumput laut
Tahun III : Model Dan kebijakan Pengembangan Agribisnis Rumput Laut di Indonesia





Pendanaan

Tahun I : Rp. 500.000.000,-
Tahun II : Rp. 650.000.000,-
Tahun III : Rp. 200.000.000,-


Jadwal kegiatan (kegiatan I s/d III)

Tahun I –III
Studi Literatur : Januari – Maret
Persiapan : Pebruari – April
Pelaksanaan : Maret – Juli
Survey : April – Agustus
Pengolahan data : Juni – November
Penyusunan laporan : Desember




Personal yang terlibat

1. Riza Zulkarnain
2. M. Chaidir Undu
3. Arifah Kusmarwati
4. Yohanna R Widyastuti
5. Yayan Hikmayani
6. Tajerin
7. Subchechanis saptanto
8. Siti Subandiyah

No Nama Bidang Ilmu Instansi
1 Riza Zulkarnain Teknik Kimia PRTK
2 M. Chaidir Undu Lingkungan BRPBAP
3 Arifah Kusmarwati Perikanan BBRPPBKP
4 Yohanna R Widyastuti Budidaya BRPBAT
5 Yayan Hikmayani Sosek BBRSE
6 Tajerin Sosek BBRSE
7 Subchechanis Saptanto Matematika BBRSE
8 Tenny Apriliani Sosek BBRSE
9 Siti Subandiyah Budidaya LokarisBihat


Hasil yang diharapkan
Tersedianya model pengembangan agribisnis Rumput Laut di Indonesia

Penutup
Dengan penelitian ini diharapkan tercipta model yang aplikatif dan bermanfaat

28 November, 2006  
Anonymous Anonymous said...

Bukan masalah out or up to date nya, tapi yg paling penting; kesehatan bangsa. ya percuma aja kita jadi peneliti, gaji kecil trus cepet mati karena keracunan formalin (apa lagi yg suka makan ikan kembung en ikan tongkol di warteg ...). trus, belon lagi konsen ama kesehatan anak anak kita ... emangnya hidup bisa sehat cuman dengan makan RUMPUT LAUT doang ....

28 November, 2006  
Blogger kelompok 3 said...

DAMPAK PENCEMARAN TERHADAP POTENSI PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA DI PERAIRAN TELUK JAKARTA



I. Tujuan :
1. Identifikasi sumber, jenis, dan tingkat pencemaran di Teluk Jakarta
2. Mengetahui dampak pencemaran lingkungan perairan terhadap :
a. Potensi perikanan tangkap
b. Perikanan budidaya
c. Sosial ekonomi masyarakat


II. Sasaran :
Memperoleh informasi mengenai sumber dan dampak pencemaran lingkungan perairan di Teluk Jakarta sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan wilayah laut dan pesisir di Teluk Jakarta

III. Rumusan masalah :
1. Adanya informasi tingkat pencemaran Teluk Jakarta yang semakin tinggi dengan teridentifikasinya bahan-bahan pencemar berbahaya yang melebihi ambang batas pada produk-produk perikanan.
2. Adanya informasi tingkat produksi tangkapan dan budidaya yang menurun .
3. Adanya penurunan tingkat pendapatan masyarakat nelayan dan pesisir.


IV. Metodologi Penelitian
1. Mengidentifikasi sumber, jenis, tingkat pencemaran melalui tinjauan lapangan dan studi literature.
2. Mengidentifikasi jenis dan tingkat kadar pencemaran melalui uji laboratorium :
a. kimia : logam berat Hg, Cd, Pb, Cu, Zn, TDS, TSS
b. biologi : COD, BOD, DO, Bio - Indikator (Plankton dan Bentos)
c. fisika : kekeruhan, warna, dan bau
terhadap air, produk perikanan dan masyarakat pesisir.
3. Identifikasi pola penyebaran pollutan melalui analisis hidro-oseanografi.
4. Mengidentifikasi titik lokasi shipwreck & BMKT di sekitar perairan Teluk Jakarta melalui metode akustik bawah air.
5. Melakukan survey lapangan dan pengumpulan data sekunder untuk mengetahui data hasil tangkapan selama kurang lebih 10 tahun terakhir.
6. Melakukan survey mengenai tingkat pendapatan nelayan dengan menggunakan kuisoner.
7. Melakukan survey lapangan dan pengumpulan data sekunder untuk mengetahui data hasil budidaya.




V. Kerangka Teori

Pencemaran dalam suatu lingkungan perairan akan memberikan dampak negatif terhadap organisme yang hidup di dalamnya. Masuknya zat pencemar ke dalam perairan selain dapat menyebabkan terganggunya lingkungan perairan itu sendiri juga dapat berakibat terhadap kelangsungan hidup biota perairan. Pengaruh negative zat pencemar ini juga berlaku terhadap biota perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Akibatnya potensi perikanan di suatu wilayah akan menurun yang selanjutnya mempengaruhi kondisi social ekonomi masyarakat pesisir di wilayah tersebut.

VI. Tahapan Waktu

Penelitian dilaksanakan selama 3 tahun, dengan rincian :
- Tahun I : Studi awal mengenai sumber, jenis dan tingkat pencemaran, tingkat produksi tangkapan, tingkat produksi budidaya serta tingkat pendapatan masyarakat nelayan dan pesisir.
- Tahun II : melakukan sampling serta studi lapangan
- Tahun III : Pelaporan, analisa dan sosialisasi

VII. Pendanaan
Sumber dana : APBN TA 2007 – TA 2010
1. Tahun pertama : Rp. 250.000.000
2. Tahun ke dua : Rp. 700.000.000
3. Tahun ke tiga : Rp. 500.000.000

VIII. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Tahun I Tahun II Tahun III
Mengidentifikasi sumber, jenis, tingkat pencemaran melalui tinjauan lapangan dan studi literature.

Mengidentifikasi jenis dan tingkat kadar pencemaran melalui uji laboratorium terhadap air, produk perikanan dan masyarakat pesisir
Identifikasi pola penyebaran pollutan melalui analisis hidro-oseanografi.
Mengidentifikasi titik lokasi shipwreck & BMKT di sekitar perairan Teluk Jakarta melalui metode akustik bawah air.

Melakukan survey lapangan dan pengumpulan data sekunder untuk mengetahui data hasil tangkapan selama kurang lebih 10 tahun terakhir.

Melakukan survey mengenai tingkat pendapatan nelayan dengan menggunakan kuisoner.

Melakukan survey lapangan dan pengumpulan data sekunder untuk mengetahui data hasil budidaya.
Pengolahan data, analisa, pelaporan
& sosialisasi



IX. Personil yang terlibat

No N a m a Bidang keahlian
1. Novi Susetyo Adi Lingkungan / Koordinator riset
2. Nurrahmi Dewi Biologi laut / Anggota
3. Tri Nugroho Kimia Laut / Anggota
4. Asmi Oseanografi Fisik / Anggota
5. Diah Ikasari Perikanan Budidaya / Anggota
6. Fenni Eddrisea Perikanan Tangkap / Anggota
7. Ira Dillenia Arkeologi laut / Anggota

X. Hasil yang diharapkan

Dari kegiata penelitian ini diharapkan didapatkan informasi mengenai :

1. Sumber, jenis dan tingkat pencemaran di Teluk Jakarta
2. Produktivitas Perikanan Tangkap dan Budidaya di Perairan Teluk Jakarta.
3. Dampak pencemaran terhadap sosial-ekonomi masyarakat nelayan dan pesisir di wilayah perairan Teluk Jakarta.
4. Informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi ilmiah sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di lingkup DKP.

XI. Penutup

28 November, 2006  

Post a Comment

<< Home